Jumat, 12 Oktober 2012

Kita lihat yuk, profil salah satu Comic Indonesia :D

Raditya Dika






Biografi Biodata dan Profil RADITYA DIKA siapa sih yang gak kenal dengan cowok lucu yang satu ini  Raditya Dika lebih dikenal sebagai penulis buku buku jenaka. nama aslinya adalah Dika Angkasaputra Moerwani sering dikenal dengan RADITYA DIKA lebih akrab dipanggil Radith cowok ini lahir di Jakarta, pada tanggal 28 Desember 1984,. ia selalu beraksi dengan lawakannya di Stand Up Comedy RADITYA DIKA ini dia di jamin ngakak dech karenan aksinya.
Nahh, sekarang kita ulas tentang karyanya Raditya Dika yuk J.  Buku pertama yang mengangkat dirinya berjudul Kambing Jantan : Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh diterbitkan pada tahun 2005. Buku yang menceritakan kehidupan (Raditya Dika) saat kuliah di Australia, kisah-kisahnya sebagai pelajar Indonesia yang berkuliah di luar negeri. Buku ini digolongkan sebagai genre baru. Saat ia merilis buku pertamanya, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi. Buku ini juga sempat di film kan, yang ga pernah baca ini buku, nyesel deh.Buku keduanya berjudul Cinta Brontosaurus, diterbitkan pada tahun 2006. Buku kedua ini menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cinta Radithyang sepertinya selalu tidak beruntung. Buku ketiganya yang berjudul Radikus Makankakus : Bukan Binatang Biasa terbit pada tanggal 29 Agustus 2007. Buku ketiga ini mengisahkan Radith yang pernah menjadi badut Monas dalam sehari, mengajar bimbingan belajar, lalu saat Radith dikira hantu penunggu WC, sampai cerita mengenai kutukan orang NTB.Sementara, buku keempatnya berjudul Babi Ngesot : Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang terbit pada bulan April 2008. Perjalanan dan Pemikiran Radith mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award.Radith juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat. Dari pengalaman itu, ia cetak  tulisan- tulisannya di blog kemudian ia tawarkan naskah cetakan itu ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tapi kemudia ketika ia ke Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu. Radit sukses menjadi penulis karena ia keluar dari arus utama . Ia tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setap bukunya. Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang.Bagi Radith, ini adalah selling point-nya. Bagi Radith, sebagai penulis tetap harus memiliki inovasi. Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya tidak terlalu laku. Ini, menurut Radith, adalah risiko masuk dalam genre baru. Radith kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola. Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut. Radith meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radith. Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya. Menurut Radith, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai. Kemudian, pemasaran diserahkankepada penerbit. Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnyapenulis juga seniman. Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginyaharus bisa laku di pasaran. Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang pelu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini. Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan. Menurut Radit, hambatan bukanhanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal. Artinya, lawan dariindustri buku bisa jadi bukan industri buku lain tapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain. Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku. Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskopatau membeli makanan cepat saji. Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.Bagi Radith hal ini memang sudah lazim. Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif. Baginya, yang ada adalah kunci untuk berinovasi. Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan. Radith kini meneruskan studinya di program ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Politikdi Universitas Indonesia. Selain itu, kini ia berkarier di penerbit buku Bukune. Radith bertindak sebagai direktur juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar